Disease Prevention Expert yang juga CEO dari In Harmony Vaccination dr. Kristoforus Hendra Djaya SpPD menjelaskan maag diketahui saat perut mulai terasa begah atau penuh. Gejala setiap orang berbeda-beda, bervariasi. Dari mulai ringan di antaranya rasa tak nyaman di perut, nyeri ulu hati, agak mual, sesak, perih, panas, dan banyak sendawa.
“Jadi kalau lagi serangan itu maag akut, jika dicuekin saja itu bisa menjadi maag kronis. Banyak persepsi orang kurang tepat,” katanya kepada JawaPos.com (Grup FAJARONLINE.COM), Rabu (23/8/2017).
Maag akut jika dibiarkan bisa lebih berat menjadi maag kronis. Tentu itu sudah menjadi proses yang menahun. Jika sudah kronis, akibatnya bisa parah.
“Bisa muntah hebat, jadi asam lambung itu bisa naik penyebabnya macam-macam. Bisa telat makan atau makan tak teratur, batuk pilek pun asam lambung bisa naik,” ungkapnya.
Kristoforus menjelaskan maag berat bisa disebabkan infeksi, kuman, hingga kanker di bagian lambung. Di Indonesia rata-rata penyakit maag karena fungsional,” jelasnya.
Masyarakat diminta untuk menjauhi kebiasaan menunda makan jika sudah waktunya untuk makan. Setiap orang tentu memiliki jam makan yang berbeda. Jika sudah memiliki waktu atau kebiasaan makan pada jam tertentu, maka hal itu jangan ditunda.
“Konsistensi makan teratur apa enggak, setiap orang berbeda. Misalnya sudah biasa makan siang jam 12 ya harus makan, atau jam 13 maka harus makan. Jangan ditunda. Maag bukan telat makan, tetapi makan tak teratur,” paparnya. (jpg)